Aku punya temen yang cukup “Unique”dan terkadang selalu bikin greget. Dia adalah temen kostanku (sebut aja dia JK), temen yang selalu membantu dan memberi aku. JK adalah salah satu seseorang yang tidak dapat membaca Alquran, jangankan membaca mengeja saja dia kesulitan setengah mati. Akan tetapi meskipun dia tidak bisa membaca Alquran, tidak sedikitpun menyurutkan hormat dan cintanya dia terhadap Alquran, yang menurut dia “Sebagai Pedoman Hidup” nya.
Kecintaannya dia terhadap Alquran terlihat ketika menjelang Tedung (bahasa Madura: tidur) selalu memegang Alquran yang sewaktu-waktu dibuka di balik-dibolak dan balik lagi. “Alquran itu hebat cim…” kata JK ketika aku dikamarnya. “Hebat gimana??!!” tanyaku penasaran. JK langsung menjawab dengan semangat 45 “semua aturan ada disini cim,, wes pokok e lengkap!!!”Tidak hanya itu, meskipun tidak dapat membaca “apalagi menulis”, dia selalu semangat untuk mengoreksi tulisanku dikala aku sedang menulis ayat-ayat Alquran. Tentunya mengoreksi bukan dalam hal kaidah baku khot, namun dari segi kerapian, posisi, bentuk maupun kebersihannya. “Tulisanmu iku wes apik cim…tapi iki kurang mereng titik, ki kurang dowo, bentuke kurang balance, tulisanmu alusono maneh..” itulah kata kata yang selalu keluar dari mulut JK, jika dia sedang melihat aku menulis ayat-ayat Alquran. Akupun selalu menanggapinya dan terkadang terjadi debat empat mata yang lucu dan seru, sehingga sampai-sampai tidak jadi menulis. JK juga terkadang sering mengeja tulisanku dengan terbatah-batah, lama dan lama sekali..
Jika pada malam hari aku ke kamarnya, seringkali aku melihat dia memegang Alquran terjemahan yang dibelinya di Toko Buku GRAMEDIA Jember. Ternyata JK selalu membaca arti/makna dari Alquran ketika menjelang tidurnya. “cim artine ki uapik cim.. ” JK memberi tahu aku sambil jari telunjuknya menunjuk Alquran. “Arti apa??” sahutku. Ki rungokno cim..“Sesunggunya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmatku maka sesungguhnya azabku sangat pedih..” kepalakupun mengangguk angguk.. “benerr..” JK selalu menggaris bawahi makna yang dianggap dia penting dan atau makna yang kurang ia mengerti, sehingga dia sering mengajak diskusi dengan aku.
Pada suatu saat aku bertanya pada JK ketika aku membaca Koran dikamarnya, dimana pertanyaan ini sudah ku simpan semenjak dahulu. “Kamu gak pingin belajar mbaca Alquran ta??? Tak ajari engko..”. “gak cim, wes tuwek, angel belajar moco!!” JK membalas sambil tiduran di kasurnya. Akupun langsung menyahutnya “Bukan masalah tuwek atau angel.. tapi memang kamu gak ada niat untuk belajar!!”.
JK tiba-tiba mengambil Alquran dan berkata“cim… orang-orang yang membaca Alquran tu percuma cim kalo gak tau artinya… mbaca bolak balik tapi g ngerti apa kandungan maknanya, masih mending aku cim… meskipun ku gak bisa baca Alquran tapi ku baca maknanya jadi langsung ngerti..”. Dan sampai sekarangpun JK masih belum bisa membaca Alquran.
• Kesimpulan : JK lbih mnyukai membaca makna Alquran dibandingkan dengan membaca Alquran, karena dia tidak bisa membaca Alquran.
****Kisah nyata ini merupakan suatu problem, yang memungkinkan sekali banyak orang yang menyerupai JK, sehingga sangat diperlukan pendekatan dan penjelasan yang mendalam agar orang yang bersangkutan mengerti dan memahami tentang apa yang mereka ganjalkan selama ini. “Membaca Alquran atau Maknanya???” karena orang awam banyak yang beranggapan bahwa membaca makna Alquran lebih bagus daripada membaca Alquran. Hal ini karena menurut mereka dapat langsung tahu arti dari ayat Alquran, meskipun terkadang banyak menemui kesulitan dalam pengertian dan penjelasan dari makna Alquran.
0 comments:
Post a Comment